SHOPPING DI BUKITTINGGI
apa bila anda berjalan jalan selalunya balik bawa oleh - oleh atau buah tangan.
kalau ke bukittinggi sila tengok oleh - oleh di bawah ini
KAIN SULAM BANDUNG
KAIN SULAM BUKITTINGGI
KAIN SULAM BANDUNG
SULAM KERANCANG
SULAM BORDIR
KAIN SULAM PITA
Kamis, 22 Oktober 2015
Minggu, 21 Juni 2015
poto wajah bukittinggi
GAMBARAN WAJAH KOTA BUKITTINGGI
pemandangan GUNUNG MERAPI di lihat dari kota bukittinggi
pemandangan JAM GADANG dan BENDI
pemandangan Kota BUKITTINGGI dari atas JAM GADANG
pemandangan kawasan STASIUN BUKITTINGGI - KANTOR POS
pemandangan PASAR ATAS BUKITTINGGI
pemandangan KOTA BUKITTINGGI
pemandangan GUNUNG SINGGALANG di lihat dari JAM GADANG
pemandangan TAMAN NGARAI MAARAM
pemandangan NGARAI SIANOK
pemandangan JEMBATAN LIMPAPEH di lihat di KAMPUNG CINA
pemandangan SUNGAI SIANOK
pemandangan GREAT WALL OF KOTA GADANG
pemandangan TABIANG TAKURUANG
pemandangan MALAM TAHUN BARU di JAM GADANG
beberapa kesamaan Object wisata yang menyerupai beberapa Object wisata yang ada di dunia ..!!
pemandangan GUNUNG MERAPI di lihat dari kota bukittinggi
pemandangan JAM GADANG dan BENDI
pemandangan Kota BUKITTINGGI dari atas JAM GADANG
pemandangan kawasan STASIUN BUKITTINGGI - KANTOR POS
pemandangan PASAR ATAS BUKITTINGGI
pemandangan KOTA BUKITTINGGI
pemandangan GUNUNG SINGGALANG di lihat dari JAM GADANG
pemandangan TAMAN NGARAI MAARAM
pemandangan NGARAI SIANOK
pemandangan JEMBATAN LIMPAPEH di lihat di KAMPUNG CINA
pemandangan SUNGAI SIANOK
pemandangan GREAT WALL OF KOTA GADANG
pemandangan TABIANG TAKURUANG
pemandangan MALAM TAHUN BARU di JAM GADANG
beberapa kesamaan Object wisata yang menyerupai beberapa Object wisata yang ada di dunia ..!!
info bukittinggi
Info Kota Bukittinggi
di sunting Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kota Bukittinggi | ||
---|---|---|
|
||
Julukan: Paris Van Sumatera | ||
Semboyan: Saayun Salangkah ber arti se ia sekata dalam melangkah | ||
Letak Bukittinggi di Sumatera Barat |
||
Koordinat: 0°17′8,93″LU 100°22′3,61″BT | ||
Negara | Indonesia | |
Provinsi | Sumatera Barat | |
Pemerintahan | ||
• Wali kota | H. Ismet Amzis, S.H. | |
Area | ||
• Total | 25.24 km2 (9.75 mil²) | |
Populasi (2010[1]) | ||
• Total | 110.954 | |
• Kepadatan | 4,400/km2 (11,000/sq mi) | |
Zona waktu | WIB (UTC+7) | |
Kode wilayah | +62 752 | |
Situs web | www.bukittinggikota.go.id |
"Bukittinggi" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Bukittinggi, lihat Bukittinggi (disambiguasi).
Kota Bukittinggi adalah kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia.[2] Kota ini pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia.[3] Kota ini juga pernah menjadi ibu kota Provinsi Sumatera dan Provinsi Sumatera Tengah.[4]Bukittinggi pada zaman kolonial Belanda disebut dengan Fort de Kock dan dahulunya dijuluki sebagai Parijs van Sumatra selain Kota Medan.[5] Kota ini merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh pendiri Republik Indonesia, di antaranya adalah Mohammad Hatta dan Assaat yang masing-masing merupakan proklamator dan pejabat presiden Republik Indonesia.
Selain sebagai kota perjuangan, Bukittinggi juga terkenal sebagai kota wisata yang berhawa sejuk, dan bersaudara (sister city) dengan Seremban di Negeri Sembilan, Malaysia. Seluruh wilayah kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Agam. Tempat wisata yang ramai dikunjungi adalah Jam Gadang, yaitu sebuah menara jam yang terletak di jantung kota sekaligus menjadi simbol bagi kota yang berada di tepi Ngarai Sianok.
Sejarah
Kota Bukittinggi semula merupakan pasar (pekan) bagi masyarakat Agam Tuo. Kemudian setelah kedatangan Belanda, kota ini menjadi kubu pertahanan mereka untuk melawan Kaum Padri.[6] Pada tahun 1825, Belanda mendirikan benteng di salah satu bukit yang terdapat di dalam kota ini. Tempat ini dikenal sebagai benteng Fort de Kock, sekaligus menjadi tempat peristirahatan opsir-opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya. Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, kawasan ini selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan yang kemudian berkembang menjadi sebuah stadsgemeente (kota),[7] dan juga berfungsi sebagai ibu kota Afdeeling Padangsche Bovenlanden dan Onderafdeeling Oud Agam.[8]Pada masa pendudukan Jepang, Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian pemerintahan militernya untuk kawasan Sumatera, bahkan sampai ke Singapura dan Thailand. Kota ini menjadi tempat kedudukan komandan militer ke-25 Kempetai, di bawah pimpinan Mayor Jenderal Hirano Toyoji.[9] Kemudian kota ini berganti nama dari Stadsgemeente Fort de Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-nagari sekitarnya seperti Sianok Anam Suku, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu Taba, dan Bukit Batabuah. Sekarang nagari-nagari tersebut masuk ke dalam wilayah Kabupaten Agam.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Bukittinggi ditetapkan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera, dengan gubernurnya Mr. Teuku Muhammad Hasan.[10] Kemudian Bukittinggi juga ditetapkan sebagai wilayah pemerintahan kota berdasarkan Ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera Nomor 391 tanggal 9 Juni 1947.
Pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Kota Bukitinggi berperan sebagai kota perjuangan, ketika pada tanggal 19 Desember 1948 kota ini ditunjuk sebagai Ibu Kota Negara Indonesia setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda atau dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Di kemudian hari, peristiwa ini ditetapkan sebagai Hari Bela Negara, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia tanggal 18 Desember 2006.[11][12]
Selanjutnya Kota Bukittinggi menjadi kota besar berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kota besar dalam lingkungan daerah Provinsi Sumatera Tengah masa itu,[13] yang meliputi wilayah Provinsi Sumatera Barat, Jambi, Riau, dan Kepulauan Riau sekarang.
Dalam rangka perluasan wilayah kota, pada tahun 1999 pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1999 yang isinya menggabungkan nagari-nagari di sekitar Bukittinggi ke dalam wilayah kota. Nagari-nagari tersebut yaitu Cingkariang, Gaduik, Sianok Anam Suku, Guguak Tabek Sarojo, Ampang Gadang, Ladang Laweh, Pakan Sinayan, Kubang Putiah, Pasia, Kapau, Batu Taba, dan Koto Gadang.[14] Namun, sebagian masyarakat di nagari-nagari tersebut menolak untuk bergabung dengan Bukittinggi sehingga, peraturan tersebut hingga saat ini belum dapat dilaksanakan.[15]
Geografi
Kota Bukittinggi terletak pada rangkaian Bukit Barisan yang membujur sepanjang pulau Sumatera, dan dikelilingi oleh dua gunung berapi yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Kota ini berada pada ketinggian 909–941 meter di atas permukaan laut, dan memiliki hawa cukup sejuk dengan suhu berkisar antara 16.1–24.9 °C. Sementara itu, dari total luas wilayah Kota Bukittinggi saat ini (25,24 km²), 82,8% telah diperuntukkan menjadi lahan budidaya, sedangkan sisanya merupakan hutan lindung.Kota ini memiliki topografi berbukit-bukit dan berlembah, beberapa bukit tersebut tersebar dalam wilayah perkotaan, di antaranya Bukit Ambacang, Bukit Tambun Tulang, Bukit Mandiangin, Bukit Campago, Bukit Kubangankabau, Bukit Pinang Nan Sabatang, Bukit Canggang, Bukit Paninjauan, dan sebagainya. Selain itu, terdapat lembah yang dikenal dengan Ngarai Sianok dengan kedalaman yang bervariasi antara 75–110 m, yang di dasarnya mengalir sebuah sungai yang disebut dengan Batang Masang.
Kependudukan
Saat ini Bukittingi merupakan kota terpadat di Provinsi Sumatera Barat, dengan tingkat kepadatan mencapai 4.400 jiwa/km². Jumlah angkatan kerja sebanyak 52.631 orang dan sekitar 3.845 orang di antaranya merupakan pengangguran.[16] Kota ini didominasi oleh etnis Minangkabau, namun terdapat juga etnis Tionghoa, Jawa, Tamil, dan Batak.
Masyarakat Tionghoa datang bersamaan dengan munculnya pasar-pasar di Bukittinggi. Mereka diizinkan pemerintah Hindia-Belanda membangun toko/kios pada kaki bukit Benteng Fort de Kock, yang terletak di bagian barat kota, membujur dari selatan ke utara, dan saat ini dikenal dengan nama Kampung Cino. Sementara pedagang India ditempatkan di kaki bukit sebelah utara, melingkar dari arah timur ke barat dan sekarang disebut juga Kampung Keling.
Pariwisata
Ngarai Sianok merupakan salah satu objek wisata utama. Taman Panorama yang terletak di dalam kota Bukittinggi memungkinkan wisatawan untuk melihat keindahan pemandangan Ngarai Sianok. Di dalam Taman Panorama juga terdapat gua bekas persembunyian tentara Jepang sewaktu Perang Dunia II yang disebut dengan Lubang Japang. Untuk mengunjungi nagari Koto Gadang di bawah ngarai, wisatawan bisa melalui Janjang Koto Gadang. Jenjang yang memiliki panjang sekitar 1 km ini, memiliki desain seperti Tembok Besar China.[36]
Di Taman Bundo Kanduang terdapat replika Rumah Gadang yang berfungsi sebagai museum kebudayaan Minangkabau. Kebun Binatang Bukittinggi dan Benteng Fort de Kock, dihubungkan oleh jembatan penyeberangan yang disebut Jembatan Limpapeh. Jembatan penyeberangan Limpapeh berada di atas Jalan A. Yani yang merupakan jalan utama di Kota Bukittinggi.
Pasar Ateh (Pasar Atas) berada berdekatan dengan Jam Gadang yang merupakan pusat keramaian kota. Di Pasar Ateh terdapat banyak penjual kerajinan tangan dan bordir,[37] serta makanan kecil oleh-oleh khas Sumatera Barat, seperti keripik sanjai (keripik singkong ala daerah Sanjai di Bukittinggi) yang terbuat dari singkong, karupuak jangek yang dibuat dari bahan kulit sapi atau kerbau, dan karak kaliang, sejenis makanan kecil khas Bukittinggi yang berbentuk seperti angka 8.
Langganan:
Postingan (Atom)